Karnaval hari Raya

Suara Takbir tak henti-hentinya terdengar, bersahut-sahutan dari speaker beberapa masjid dekat rumah. disela-sela itu yang tak mau kalah, adalah suara petasan yang menggelegar dilangit magrib. ditingkahi pukulan bedug beraneka ragam anak-anak tanggung, meski dengan peralatan seadanya...mulai dari beduq sungguhan, rebana, bahkan ada yang rela membawa lari galon plastik dari rumahnya sekedar menambah irama "penyambutan" hari kemenangan.
semua bahagia...semua gembira...
ini adalah karnaval hari raya...
malam ini....Tak ada yang marah...tak ada yang protes karena suara petasan yang lebih banyak mengagetkan, bahkan nenek tua, tetangga rumah sudah dari sore asyik menonton keriuhan anak-anak didepan rumahnya.
ada yang ribut membicarakan baju lebarannya tahun ini, ada juga yang sudah sibuk mengatur kelompok untuk ziarah keseluruh rumah tetangga dimalam lebaran nanti...tradisi turun temurun generasi anak-anak yang tak bisa hilang.
Semua bersuka cita...semua tertawa.

tapi tidak denganku.....
malam kemenangan ini...kulewati justru dengan tangis yang tak mau berhenti. deras, mengalir tak perduli sedang didepan siapa....ibu ayah yang tak mengerti.
malam suka cita ini...kujalani dengan banyak do'a yang kuharap bisa membujuk Tuhan.
Aku bukannya tidak tau, bahwa malam ini seharusnya aku ikut berbahagia...
tapi ada yang sesuatu yang membuat sesak dadaku...
sesuatu yang berharga....yang kini hilang...

Karnaval hari raya...
Kini tak pernah sama lagi.............

Aku iNgin

Aku ingin membujuk Tuhan...
dengan bulir-bulir air mataku
Untuk mengembalikanmu..
mengembalikan KITA

???

AKU HANYA INGIN DIA KEMBALI...
SEPERTI DULU
BERSAMAKU....
SULITKAH ITU???

#eRu-R@!n...[?!]... n' simpanan Cerita.

Kubaca lagi semua "CERITA" yang sempat tercatat disini...
CERITA-CERITA kita....
dan tak pelak lagi...
Aku kembali menangis...
Jika SEBERHARGA INI....
kenapa harus DIBERHENTIKAN???

aku tergugu...terisak...bersama tiap harap,tiap mimpi, dan cerita-cerita yang tercatat...
Kenapa semuanya harus berhenti DISINI????

"DECISION"

Akhirnya…”keputusan” itu keluar juga.
Tak ada yang perlu dilanjutkan lagi…
Tak ada yang perlu diperbaiki lagi…
Tak ada yang bisa dikembalikan lagi…
Semua usaha “sungguh-sungguhku” malam ini, tak punya hasil apa-apa...
Aku tak bisa mempertahankan KITA kembali, tak bisa memperjuangkan KITA lagi…
Semuanya “harus” terhenti disini…sekarang..saat ini..
Rasa 9 tahun, setoples mimpi-mimpi, harap dan cita-cita , semuanya sekarang “harus” berhenti disini…

Aku Sedih…kurasan air mata tak bisa mengembalikan apa-apa lagi, dada yang sesak juga tak bisa membalik keputusan dan yang memutuskan.
Aku gagal memperjuangkan perasaanku…mimpi-mimpi 9 tahun ku…
Aku GAGAL……………………………………………..

Tapi seperti janjiku pada diriku sendiri semalam..aku akan berusaha menerima APAPUN keputusan itu, sesesak apapun aku karenanya, semenangis apapun aku dibuatnya. Mungkin memang beginilah jalannya, bahwa semua “rasa 9 tahun itu” hanya sampai disini, semua cerita cinta yang diam hanya sampai saat ini, semua rancangan mimpi masa depan yang kerap kita diskusikan dengan semua tawa dan semu bahagia hanya akan tetap menjadi sebuah “rancangan”.

KITA serahkan semuanya padaNya…itu katamu.
Tapi apa kau tidak sadari…bahwa Dia menginginkan kita “ikut andil” dalam ketentuan-ketentuanNya.
Dia berkehendak atas takdir…bahkan semua yang kita sebut “Garis Tangan” sudah permanen dilauhmahfudz jauh sebelum kita dilahirkan.
Tapi meski begitu, Dia memberikan kita “pilihan takdir”, bahkan beragam. Kita diberikan kesempatan untuk memilih “takdir” kita.
Dan Semua itu dengan USAHA….
Bukankah tugas manusia ……mengerahkan usaha terbaik darinya???. Apalagi jika kita mengharapkan sesuatu….
Dia Maha pemberi Rezki, tapi Dia tak menurunkan Nasi bungkus dari langit untuk Kita…semua perlu diusahakan disamping keyakinan.
Dan bukankah do’a tak berguna jika kita hanya duduk bermalas-malasan??

Dan sekarang..
Bisakah kita mengharap “bersama” tanpa usaha menjaganya?  Bertekad sepenuh hati untuk semua harapan kita?
Sederhananya…..
Jika kau bersamaku …itu adalah takdirNya.
Jika kau menyukai orang lain….itupun adalah takdirNya..
Keduanya adalah “pilihan takdir” yang diberikan untuk kita..dan pilihan tergantung sang pemilih. Jika memang ingin bersamaku…..maka perlu Tekad yang utuh, Azam yang penuh dan usaha “menjaga” dan “mewujudkan” semua darimu.
Tapi jika tidak seperti itu, maka kau bisa saja berpindah pada pilihan takdir kedua…bersama oranglain…
Semua adalah takdirNya….tapi kita yang memilih.

aku senang diberi kesempatan untuk perjuangkan rasaku..aku senang telah mengusahakan semua yang kubisa untuk kembalikan KITA..
Meski…KEPUTUSAN telah keluar….
Tak ada lagi yang perlu dilanjutkan…dijaga…dan diusahakan.
Semua “harus” berhenti sampai disini..
Tak perlu ada yang dipertanyakan, dipermasalahkan jika ditengah-tengah ini, sesuatu yang lebih tidak diharapkan terjadi…toh..tidak ada penjagaan..tidak ada yang mengusahakan.

Dan aku….
Meski dengan hati perih..
Dada nyeri…
Coba terima semua keputusanmu….

(ya Allah……ikhlaskan hatiku…lapangkan dadaku…besarkan jiwaku…dan jangan matikan semangat “hidup” hamba,  bukankah Engkau menjanjikan sesuatu yang besar untuk hamba-hambaMu yang bersungguh-sungguh? Dan bukankah disetiap ketentuanMu, tak pernah ada “kecewa” bagi orang-orang yang ridha? ………)

Hanya Engkau yang tau “Kesungguhanku”
Hanya Engkau yang tau “Usaha-usahaku”
Dan tak pernah ada yang SIA-SIA dimataMu…
Jika ini bukan yang terbaik….aku yakin, Engkau menyimpan yang terbaik itu Untukku..Selalu.
Meski yang terbaik itu…..harus kubayar dengan “rasa 9 tahunku”…

PasRah

Dear diary…

Aku tak tau “keputusan” apa yang akan diberikannya besok malam untukku. Yang pasti, malam ini aku bersyukur dia menjawab smsku, meski hanya dengan jawaban singkat dan belum menjelaskan apa-apa. Semua akan jelas besok insya Allah.  Kita sudah sepakat chatting. Lebih tepatnya aku yang mengajaknya.
Jangan berfikir bahwa aku tenang-tenang saja menunggu esok, sebenarnya…hatiku juga resah, gelisah. Ingin sekali kutanyakan semuanya jelas langsung malam ini, tak perlu menunggu sampai besok. Akan tetapi, aku sadar aku harus berusaha sabar, semuanya memang mungkin butuh waktu hingga tak ada keputusan atau reaksi yang “tak pikir panjang”.

Sengaja aku ceritakan hal ini padamu sekarang, aku ingin mereka-reka dan membuat perjanjian dengan diriku sendiri paling tidak….tentang besok, tentang keputusan yang aku tidak tau apa itu, tentang sikap juga responku terhadap itu semua. Aku tak ingin ada lagi penyesalan karena sikap terburu-buruku, aku tidak ingin menangis lagi karena bereaksi terlalu cepat terhadap sesuatu. Besok malam…apapun yang terjadi, aku harus tetap bisa kendalikan diriku, perasaanku juga berdoa’ agar bisa mengendalikan hatiku.

Mungkin sikapnya tak sama lagi dengan dia yang kukenal sebelumnya. Mungkin akan lebih tegas, lebih pasif atau masih banyak kemungkinan sikap yang lainnya. dan jika begitu….aku harus bisa terima dan kendalikan perasaanku yang akan sedih dan tak terbiasa. Aku harus tetap dengan sikapku,tidak ada “keras hati”, “emosi” atau “memintanya untuk kembali seperti dia yang dulu”. Bagaimanapun aku punya andil dalam semua perubahannya sekarang.  Aku harus tetap focus pada inti percakapan kita….menanyakan mauqifnya atas kelanjutan KITA, menanyakan perasaannya atas mimpi dan cita2 KITA, menanyakan keinginan dan harapannya sekarang.

Dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu, bisa jadi tak sesuai dengan yang aku harapkan…bahwa “semoga” dia masih beriku kesempatan untuk perbaiki kesalahanku, untuk kembali pada “KITA” yang dulu…pada mimpi dan harapan yang “KITA” punya. Jujur aku sangat berharap itu, sangat ingin semuanya kembali membaik…aku dan dia bisa kembali bersama dengan perasaan yang sama. tapi lagi-lagi aku tak bisa memaksakan ini, tidak pantas aku mengharap banyak setelah sakit yang kubuat untuknya berulang kali.
Aku akan menghormati dan menghargai APAPUN keputusannya.

Mungkin saat ini, dia tak lagi punya harapan yang sama seperti dulu, tidak sepercaya dulu, bahkan mungkin bisa saja sudah ada seseorang yang menggantikan posisiku dihatinya….yang disayanginya, dicintainya, dijaganya seperti perlakuannya dulu padaku….jika seperti itu, jujur aku sangat cemburu, bagaimanapun aku tau….rasanya disayang, dicintai dan dijaga olehnya. Dan aku cemburu jika semua itu kini dipunyai oranglain.
Tapi sekali lagi…..
Aku akan menghormati dan menghargai APAPUN keputusannya.

Berapa hari ini aku telah berusaha untuk belajar lebih sabar, ikhlas…menerima semua ketentuanNya mengenai perasaan ini.
Bahwa apapun yang terjadi, semua punya rahasia sendiri, manusia hanya bertugas “mengusahakan yang terbaik”, dan aku senang  memiliki kesempatan untuk memperjuangkan dan mengusahakan perasaanku kembali.
bahwa Allah menyimpan beribu kebaikan didalam ketentuanNya yang saat itu mungkin belum kuketahui,
bahwa Allah tidak pernah mendzalimi satupun hambaNya,
bahwa tidak jarang ketika kita ikhlas dan mulai menerima semuanya bisajadi saat itu Allah memberikan semua apa yang kita harapkan…kontan.
bahwa Allah lebih tau terhadap semua urusan hamba-hambaNya.
Bahwa setiap inci kesabaran dan keikhlasan Allah memiliki ganjaran yang tak terbatas.
Bahwa kita harus lebih banyak berdo’a…berusaha dalam mengharapkan sesuatu.
Bahwa semua milikNya…termasuk hati seseorang yang kita pinta.
Bahwa Allah selalu lebih berkuasa dari apapun juga.
Bahwa……semua tidak lain, akan kembali kepada diriku sendiri.
Dan bahwa-bahwa yang lainnya……

Dari semua belajar itu, aku berdo’a…semoga besok juga hari-hari berikutnya sepanjang hidup ini semoga aku diberikan kesabaran, kekuatan, semangat, keikhlasan menhadapi segala keputusan hidup. Juga diberi kelembutan hati, ketetapan hati dalam ikhlas dan sabar tersebut.
Allahumma Amin…

Terakhir…aku berdo’a….
“Ya Allah…terangilah hati kami dengan cahaya petunjukMu hingga bisa menghasilkan keputusan-keputusan terbaik, lembutkanlah hati-hati kami sehingga tetap sanggup mengendalikan diri kami takkala apa yang diputuskan tidak sesuai dengan yang kami harapkan dan jangan jadikan hati kamu terlampau senang hingga lupa untuk bersyukur dan bersabar jika apa yang diputuskan sesuai dengan harapan kami. Berikan kami kesabaran, kekuatan juga keikhlasan dalam menjalani segala keputusan tersebut.”

"Ya Allah....Sungguh Engkau mengetahui apa yang ada dalam hati hamba, harapan hamba...maka berilah hamba kesempatan untuk memperbaiki semuanya, berilah hamba kesempatan untuk kembali".

“Ya Allah…sesungguhnya Engkaulah yang maha mengetahui, maha menguasai dan maha berkehendak, jika Engkau mengetahui bahwa dia adalah orang yang terbaik untukku, untuk agamaku dan untuk kehidupanku di dunia dan diakhirat, maka hamba mohon…..dekatkanlah dia padaku dan mudahkan segala jalannya hingga padaku. Akan tetapi jika Engkau mengetahui bahwa dia bukanlah orang yang terbaik untukku, untuk agamaku dan kehidupanku di dunia dan akhirat, maka hamba mohon….gantilah dengan yang lebihbaik darinya dan berilah kami kesabaran sehingga senantiasa ridha terhadap segala ketentuanMu. Sesungguhnya pengetahuan kami hanyalah sedikit dan pengetahuanMu meliputi segala sesuatu….maka hamba mohon ketentuan yang terbaik….”.

“Ya Allah….jadikanlah Kami termasuk dalam hamba-hambamu yang berserah diri kepadaMu, yang ridha atas ketentuanMu. Masukkanlah kami diantara hamba-hambamu yang bersabar, yang hatinya senantiasa dipenuhi keyakinan akanMu…..”
“Ya Allah…Ya Allah…Ya Allah….”………………………………………………….Allahumma amin.

(kali ini…aku berazzam, untuk menjaga “hati” dan “perasaan” ini sebaik-baiknya, aku tak ingin menyesal lagi….jika memang, dia sudah tak memiliki harapan yang sama, biarlah perasaan ini menjadi do’a istikharah dalam sujud-sujudku….karena jika memang dialah yang terbaik, maka Allah akan menyimpannya untukku…hanya untukku….)

salah

Setiap tindakan yang kita lakukan punya balasan masing-masing. Tidak terkecuali dengan kesalahan. Manusia tak pernah alpa dari salah, dan kadang baru menyesal lama setelah kesalahan itu dilakukan. Tapi adakah kesalahan yang tak termaafkan? Yang membuat seseorang harus merutuki dirinya sendiri, meski dengan penyesalan besar, dia tak bisa memperbaiki semuanya lagi…semuanya sudah hilang, dan tak bisa kembali lagi..

Dan kesalahan itu yang kulakukan sekarang.

Aku jelas masih ingat ketika aku berjanji hanya akan mencintaimu seorang saja, menjadikanmu “sendiri” dalam rasa suka-sayang.

Aku masih ingat ketika kita berbicara panjang, mendiskusikan mimpi dan cita-cita KITA nantinya, mendata semua harapan yang kita punya…merencanakan segalanya.

Aku juga tidak lupa bahwa semua rasa yang KITA bangun, KITA pelihara, KITA perjuangkan sampai sekarang ini adalah hasil usaha yang tidak ringan, diwarnai tawa, tangis, canda dan amarah. Kadang kita seperti seperti sepasang malaikat, yang hatinya putih dan diliputi kebahagiaan, senang  dengan apa yang KITA punya dan cukup dengan cinta KITA yang sederhana. Tapi terkadang juga kita seperti sepasang makhluk yang berhati keras, dibentengi tembok rasa egois dan dipenuhi amarah. Jika seperti itu, cinta KITA menjadi kian kompleks.

Namun……dengan semua itu, KITA tetap bertahan dengan cinta dan rasa yg KITA punya. Karena KITA percaya bahwa masing-masing KITA adalah cermin bagi yang lainnya. Refleksi dari diri kita sendiri. Yang bagaimanapun itu, akan selalu mengerti, memahami dan mencintai.

Tapi entah kenapa aku memulai kesalahan itu….

Kesalahan yang sekarang mungkin tidak bisa kuperbaiki kembali,meski dengan segala usaha dan penyesalan. Hum…Mungkin memang benar kata orang….apa guna penyesalan?

Aku mulai menyukai orang lain dan tidak menepati janji “cinta”ku. Benteng rasaku berlahan terkikis nyaris tipis hingga tak bisa sekokoh dulu. Aku mulai goyah dan sadar setelah aku menghancurkan CINTAku sendiri ….CINTA KITA….

Tak tau apa yang ada dipikiranku saat itu, kenapa aku menyukai oranglain, memilih orang lain dan tidak melihatmu, orang yang justru paling kusayangi dan muara segala rasa?

Ada apa denganku, kenapa aku? Apa yang kupikirkan saat itu? Kukemanakan semua mimpi dan cita2 KITA waktu itu???

Aaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh……………………………….

Semua memang salahku...

Sekarang , aku tak bisa mengembalikan semuanya lagi, wajar jika kau pergi dan tak menoleh lagi padaku…aku terlalu sering menyakitimu, menyakiti hatimu.

Tapi kenapa aku masih juga terus berharap??? Berharap kali ini kau masih memiliki “kebaikan hati” dan “maaf” untukku…berharap kau masih punyai “cinta” yang sama untukku….meski berharap seperti itu membuatku seperti tak tau malu dan tak sadar diri….

Seandainya aku bisa memutar waktu….aku tak mau mencintai orang lain…aku ingin bertahan denganmu…aku tak mau kehilanganmu…

Tapi tak pernah ada “seandainya”……                                          


Sekarang……….
Tak ada gunanya lagi semua…
Aku hanya bisa berharap …berharap….berdo’a….
Semoga Tuhan mengembalikan semuanya untukku….
Aku berjanji…..akan menjaga semuanya lebih baik lagi…

Aku berjanji…..

(semoga kau masih punya sedikit “percaya” untukku..)

Memoria...

(Tentu saja, untuk ERU :
 The last person on earth I want to be with,
 The person I can't be without)

Aku ingin mencintaimu seperti menghafal lagu wajib di sekolah dasar dulu
lagu yang kunyanyikan dengan rambut kelimis disisirkan ibu
dan baju seragam yang agak bau dihari Rabu.

Aku ingin mencintaimu seperti menyanyikan lagu wajib disekolah dasar dulu
lagu yang kunyanyikan dengan lidah cadel dan kepala agak miring ke kanan
lagu yang kuhafal secara lengkap nyaris tanpa kesalahan.

Aku ingin mencintaimu seperti menyanyikan lagu wajib disekolah dasar dulu
lagu yang kunyanyikan setiap saat dengan kaki-kaki kecil penuh semangat
menghentak lantai meski kadang sumbang,kadang salah ketukan.

Aku ingin mencintaimu seperti menyanyikan lagu wajib disekolah dasar dulu
lagu yang kuiringi dengan pukulan-pukulan kecil dibangku sekolah yang tua dan rapuh
sambil menunggu giliran dipanggil guru dengan dada berdebar
seperti dada pencuri tertangkap radar

Aku ingin mencintaimu seperti menyanyikan lagu wajib disekolah dasar dulu
lagu yang tak meminta kemampuan apa-apa, sederhana
lagu yang hanya meminta dirinya dinyanyikan, itu saja.

(Fahd Djibran)

(dan aku.....sungguh ingin menyayangimu seperti itu....)